Saya Bersama Romo Magnis, Sahabat Gus Dur
Romo Magnis tidak hanya dikenal sebagai tokoh agama Katolik saja, tapi sebagai tokoh bangsa yang diketahui secara umum merupakan sahabat karib Gus Dur.
Baik dalam relasi dialog antar agama dan kerukunan umat beragama, Gus Dur dari pihak Islam dan Romo Magnis dari Katolik. Pun saat perjuangan melawan rejim Orde Baru, Romo Magnis bersama Gus Dur terlibat dalam Forum Demokrasi.
Walaupun maut sudah memisahkan dua sahabat ini, kecintaan Romo Magnis pada Gus Dur terus berlanjut, dalam banyak kesempatan Romo Magnis terus menceritakan jasa baik Gus Dur pada bangsa ini, yang dilengkapi dengan humor-humor Gus Dur.
Romo Magnis yang juga dikenal sebagai filsuf dan filsafat yang identik dengan “ilmu yang serius” dan “banyak mikir” dengan modal riwayat humor Gus Dur, Romo Magnis mampu mengocok perut yang hadir.
Dari dua orang ini kita diajarkan persahabatan yang sejati dan kerjasama yang abadi demi keharmonisan negeri ini. Bahwa meskipun kita berbeda baik secara suku dan agama–Romo Magnis awalnya orang Jerman yang memilih menjadi orang Indonesia, karena saking cintanya pada Indonesia–tapi perbedaan itu bukanlah penghalang untuk membangun persahabatan, kerjasama dan persaudaraan. Berbeda untuk bersatu. Bhinneka Tunggal Ika.
Imam Ali karramallahu wajhah pernah menyatakan “saudaramu ada dua: ia yang satu iman denganmu atau yang satu ciptaan denganmu” (an-nasu shinfaani: imma akhun laka fid-diini aw nadlirun laka fil khalqi) persaudaraan universal yang dimaksudkan oleh Imam Ali adalah persaudaraan dalam kesatuan penciptaan, sama-sama setara sebagai makhluk ciptaan Tuhan.
Terkait pernyataan Eggi Sudjana yang dipolisikan, Romo Magnis juga bereaksi khusus dengan menyebutkan ada 2 kebodohan dalam pernyataan itu. Tapi ironisnya yang direspon balik oleh Eggi Sudjana dengan memolisikan Romo Magnis.
Padahal Romo Magnis tidak menyebut “Eggi Sudjana bodoh atau orang bodoh” tapi ada 2 kebodohan dari Eggi Sudjana-terkait pendapatnya yg dipolisikan itu.
“Kebodohan” yang dimaksud Romo Magnis terkait pada pendapat Eggi Sudjana, bisa dibaca di sini https://tirto.id/romo-magnis-ucapan-eggi-sudjana-salah-besar-cxXi
“Kamu orang bodoh” dengan “pendapatmu bodoh” ini 2 hal yang berbeda, yang pertama menilai personal, yang kedua menilai atas pendapat
Dalam diskusi, penilaian memang atas pendapat bukan pada person, “pendapatmu bodoh” seperti halnya komentar “pendapatmu tidak masuk akal, tidak punya dalil, dll”
Bukankan perdebatan pendapat ini yg diinginkan oleh Eggi Sudjana? Romo Magnis menjawab ini, tapi dia tidak mengomentari & mendorong ke polisi, seperti halnya para pelapor Eggi Sudjana.
Kalau pendapat tidak bisa dinilai dengan pendapat lain, buat apa diskusi, buat apa kebebasan pendapat, justeru Romo Magnis menghormati Eggi Sudjana.
Romo Magnis menilai pendapat Eggi Sudjana diabaikan,karena berdasarkan kebodohan (pendapat yang bodoh bukan orang bodoh) juga tak perlu dipolisikan
Harusnya Eggi Sudjana membaca pendapat Romo Magnis dlm konteks diskusi, polemik & kebebasan berpendapat, bukan serangan secara personal
Dengan memolisikan Romo Magnis, Eggi Sudjana telah bikin masalah baru & memancing keributan baru, sblmnya komen dia atas agama-agama lain, skrng pada tokoh agama yang sangat dihormati bukan hanya oleh umat Katolik tapi juga oleh umat agama-agama lain dan dianggap sebagai sahabat karib Gus Dur.
Bagi saya komen Romo Magnis atas Eggi Sudjana bagian dari kebebasan pendapat & bukan serangan secara personal, karena yang diserang pendapatnya bukan personnya
Dengan memolisikan pendapat Romo Magnis yang merupakan respon atas pendapat Eggi Sudjana, maka Eggi bisa dinilai “anti kritik” karena sama saja tidak mau dinilai pendapatnya.
Sedangkan bagi para pelapornya, pendapat Eggi Sudjana tidak masuk kebebasan pendapat, tapi dinilai sebagai “provokasi” dan “ada unsur kebencian” di dalamnya.
“Agama-agama selain Islam bertentangan dengan Pancasila” “bubarkan” ini kalimat-kalimat yang tidak hanya berdasarkan kebodohan, tapi masuk dalam dugaan “kebencian”.
Bagi saya pendapat Romo Magnis adalah bagian dari kebebasan pendapat, polemik yang bisa direspon dengan pendapat lain bukan lapor ke polisi.
Sedangkan komentar Eggi Sudjana memang bisa dilaporkan ke polisi, karena sdah dinilai mengandung kebencian & provokasi terhadap agama-agama yang lain dan mengancam kerukunan umat beragama di Indonesia.
Dalam konteks lain, kita memang harus membedakan mana pendapat yg sah & harus dilindungi, mana pendapat yang mengandung kebencian yang bsa masuk pidana.
Tapi karena sama-sama dilaporkan & lapor polisi, biarkan polisi bekerja dulu, tapi dr sisi prioritas, ya dahulukan dulu laporan atas Eggi Sudjana.
Walhasil, saya tetap bersama Romo Magnis, karena pernyataan beliau bagian dari kebebasan berpendapat yang harus dilindungi dan beliau adalah sahabat karib Gus Dur.
Mohamad Guntur Romli
(gunromli)
Terkini
- Tiga Langkah Jenius Megawati Saat Pencapresan Ganjar Pranowo
- Memilih Ganjar Pranowo, Meneruskan Jokowi Membangun Indonesia
- Ayat Al-Quran yang Sering Dipakai oleh Teroris
- Mengapa Koalisi Anies Gagal Deklarasi Pencapresan?
- Halloween: Saudi Kebarat-baratan, Indonesia Kearab-araban
- Tahun 2024, Mereka Ingin Khilafah Berdiri di Indonesia
Categories
- Berita (110)
- Santuy (5)
- Siaran Pers (31)
- Tulisan (181)
- Video Cokro TV (15)


