Gerakan Ganti Presiden Hanyalah Pengalihan Isu dari Kasus Korupsi dan Konflik di PKS yang Sangat Memalukan
Gerakan Ganti Presiden Hanyalah Pengalihan Isu dari Kasus Korupsi Politisi dan Konflik di PKS yang Sangat Memalukan
Gerakan Ganti Presiden baik dengan tagar di media sosial dan sablonan kaos tak lebih sekadar gerakan pengalihan isu publik. Seperti yang telah banyak diberikan Gerakan ini dilancarkan oleh politisi PKS Mardani Ali Sera bersama gerombolannya. (Presiden PKS: Mardani Ali Sera Pencetus Gerakan #2019GantiPresiden)
Isu Ganti Presiden tanpa menyebut siapa Calon Presiden Alternatif, tak lebih propaganda untuk memanipulasi opini publik. Padahal kalau kita konsisten dengan demokrasi dan keterbukaan, bukan hal haram kalau mau mengajukan capres alternatif selain Jokowi, tapi tentulah dengan cara yang fair, terbuka dan jauh dari cara yang licik. Baik Jokowi dan capres alernatif lainnya dalam masa-masa ini harus dilihat rekam jejaknya, dievaluasi dan bersama-sama kita mengkritisi. Tapi yang terjadi hanyalah propaganda yang memanipulasi opini publik.
Sungguh tepat apa yang disebutkan oleh Prof Mahfud Md, pada tahun 2019 kita akan memilih presiden, bukan ganti presiden. Warga Negara Indonesia akan memilih presiden periode 2019-2024, pendukung Jokowi akan memilih Jokowi sebagai salah seorang capres untuk periode kedua, sedangkan pendukung capres yang lain akan memilih calonnya sendiri. Artinya 2019 adalah Pemilihan Presiden, bukan Ganti Presiden.
Karena Gerakan Ganti Presiden hanyalah gerakan propaganda untuk memanipulasi opini publik, lantas apa tujuan asli dari gerakan ini?
Dengan tegas saya akan menjawab, karena Gerakan Ganti Presiden digerakkan paling gencar oleh Gerombolan PKS, maka tujuan asli dari gerakan ini adalah untuk mengalihkan isu dan menutupi isu buruk yang saat ini menerjang PKS.
Paling tidak ada dua isu yang kini mendera PKS. Pertama, isu korupsi yang sangat memalukan yang dilakukan oleh politisi dan anggota DPR dari PKS yang menerima suap dengan menggunakan kode juz (istilah yang sering dipakai untuk Al-Quran) dan liqo’ (yakni istilah pertemuan pengkaderan yang sering dipakai dalam internal PKS).
Kedua konflik internal di PKS antara Fahri Hamzah dengan elit-elit PKS saat ini, yang tidak hanya menimbulkan saling serang di media dan media sosial tapi sudah masuk ke ranah pengadilan yang terus berbuntut saling lapor ke polisi. Selain itu pencapresan Anis Matta yang memantik perpecahan di internal pengurus PKS saat ini, yang dikabarkan beberapa pengurus PKS yang loyal terhadap pencapresan Anis Matta (mantan Sekjen PKS) dijatuhkan pemecatan. Konflik dan perpecahan yang ditimbulkan dari gesekan pencapresan di PKS pun sudah menghiasi headline berita di media dan menjadi trending di media sosial.
Bagaimana cara untuk menutupi aib dan bau busuk dari kasus korupsi dan perpecahan dari internal PKS ini? Digunakannya isu Ganti Presiden, dengan membuat kehebohan di media sosial hingga aksi jalanan, seperti yang terjadi pada CFD pekan lalu, pendukung Jokowi yang berkaos #DiaSibukKerja dilecehkan, diintimidasi dan dipersekusi oleh gerombolan yang berkaos Ganti Presiden.
Namun sebaik-baiknya menyimpan bangkai pastilah akan tercium juga. Dalam acara Deklarasi Ganti Presiden kemaren, Minggu 6 April 2018, Mardani Ali Sera, Ketua PKS, yang berorasi mengaitkan isu darurat korupsi dengan gaya Jokowi yang naik motor.
“Kita darurat ekonomi, kita darurat pendidikan, kita darurat korupsi, tetapi ada Presiden yang sibuk naik chopper,” ujarnya. (Sumber)
Padahal yang terbukti korupsi bahkan menggunakan kode juz dan liqo adalah politisi PKS. Yaitu: anggota Komisi V DPR dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (FPKS) Yudi Widiana Adia dan rekannya, staf honorer FPKS Muhammad Kurniawan Eka Nugraha. (Sumber)
Dalam vonis di Pengadilan, Yudi PKS terbukti menerima suap dari Aseng, dan terbukti korupsi lebih Rp 11 Miliar dengan dijatuhkan vonis 9 tahun penjara dan denda Rp 500 juta. (Sumber)
Tidakkah sangat memalukan selain kader PKS ini terbukti koruptor dan maling, juga menggunakan istilah juz dan liqo sebagai kode suap? Tapi anehnya, elit-elit PKS dan pengikutnya yang biasanya paling gencar bicara soal penodaan dan penistaan agama, jangankan mengecam kasus Yudi Kurniawan, membahas pun tidak.
Eh Mardani Ali Sera PKS malah nyinyir ke Jokowi yang naik motor yang dikaitkan dengan isu korupsi. Ibaratnya, ada kentut busuk yang keluar dari dalam PKS, tapi saat ini Mardani Sera sedang menuduh Jokowi yang ngentut. Strategi kekanak-kanakan, bodoh dan mudah ditebak. Atau ujaran yang lebih lugas, ketika Mardani Sera mengaitkan isu korupsi yang dinyinyirin ke Jokowi, ibarat maling teriak maling.
Walhasil, hingga hari ini, kita makin yakin Gerakan Ganti Presiden tak lebih sebagai pengalihan isu dan manipulasi opini publik dari aib dan bau busuk yang datang dari Gerombolan yang melancarkan isu ini, yakni PKS, karena ada kasus korupsi dan konflik internal yang paling memalukan dari parpol yang mengaku parpol paling Islam ini.
Wallahu A’lam
Mohamad Guntur Romli
Tags In
Terkini
- Tiga Langkah Jenius Megawati Saat Pencapresan Ganjar Pranowo
- Memilih Ganjar Pranowo, Meneruskan Jokowi Membangun Indonesia
- Ayat Al-Quran yang Sering Dipakai oleh Teroris
- Mengapa Koalisi Anies Gagal Deklarasi Pencapresan?
- Halloween: Saudi Kebarat-baratan, Indonesia Kearab-araban
- Tahun 2024, Mereka Ingin Khilafah Berdiri di Indonesia
Categories
- Berita (110)
- Santuy (5)
- Siaran Pers (31)
- Tulisan (181)
- Video Cokro TV (15)


