Liciknya Anies Baswedan Memanfaatkan Rakyat Kecil

Anies Baswedan adalah tipe pemimpin yang licik pada rakyat kecil. Anies Baswedan hanya memanfaatkan rakyat kecil sebagai tameng untuk kebijakan politiknya yang blunder. Tapi Anies tidak pernah peduli pada nasib rakyat kecil.

Sebaliknya Anies Baswedan menggelar kegiatan yang men-subsidi hobi orang kaya. Anies bernafsu menggelar balapan Formula E dengan anggaran Rp 1,3 Triliun! Bukankah anggaran ini sebaiknya untuk akses modal bagi rakyat kecil atau pembangunan sentra usaha bagi rakyat kecil agar nasib mereka berubah dan semakin baik? (baca: 7 Dalil Program Balapan Mobil Formula E Anies Baswedan HARUS DITOLAK dan 3 Kebodohan Anies Baswedan Soal Balapan Formula E )

PKL dan Trotoar Tanah Abang

Kita mulai dari kekalahan Anies saat digugat politisi PSI William Aditya terkait penutupan trotoar di Tanah Abang. Mahkamah Agung membatalkan kebijakan Anies itu. (Sumber: Kalah Gugatan, Anies Didesak Bersihkan Trotoar dari PKL )

Tampaknya Anies gerah, dia pun berkomentar soal pelanggaran rakyat kecil dan pelanggaran besar. Seolah-olah dengan memberikan trotoar untuk PKL, Anies peduli pada PKL.

Padahal faktanya Anies tidak pernah memberikan akses modal pada PKL atau memberikan tempat yang lebih layak. Anies seperti ingin melestarikan nasib PKL tetap menjadi PKL. Padahal menurut temuan Ombudsman PKL menjadi sasaran perasan para preman (Sumber: Temuan Ombudsman: PKL Tanah Abang Bayar Sewa Lapak ke Preman )

Tukang Becak

Anies Baswedan juga mengeluarkan kebijakan yang tampak ‘populis’ memperbolehkan becak kembali beroperasi di Jakarta. Alasan Anies soal keberpihakan pada rakyat kecil. Tapi bagi saya ini salah satu bentuk dari ‘kekejaman’ Anies Baswedan. Bagaimana mungkin mau melestarikan profesi tukang becak di tengah kondisi kota Jakarta yang makin tidak manusiawi.

Apa yang anda bayangkan tukang becak yang tua renta mengayuh pedal becaknya di bawah terik matahari yang membakar dan polusi udara Jakarta yang merusak. Terengah-engah dia mengerahkan tenaga dari fisiknya yang kurang asupan gisi, setiap nafas yang ia keluarkan ia kehilangan tenaga, di setiap udara yang ia hidup adalah rancun polusi.

Mengapa Anies Baswedan tidak menyediakan bantuan modal agar tukang becak ini membeli Bajaj BBG (gas) dengan kredit tempo panjang dan angsuran yang sangat murah? Tapi Anies lebih memilih melestarikan ‘kekejaman’ pada tukang becak daripada memanusiakan mereka dengan memberikan akses modal dan perubahan nasib.

Penggusuran

Dalam janji kampanye Anies Baswedan menolak penggusuran tapi faktanya menurut penelitian LBH Jakarta ada 91 titik penggusuran di Era Anies. Tahun 2017 ada 12 titik. Tahun 2018 ada 79 titik, jadi total ada 91 titik.

Yang lebih parah tahun 2018, tepatnya sepanjang Januari-September, terjadi penggusuran paksa di 79 titik, 60 di antaranya dilakukan Pemprov DKI Jakarta. LBH Jakarta mencatat 79 titik penggusuran terdiri dari 17 hunian, 53 unit usaha, dan 9 gabungan antara hunian dan unit usaha.

LBH juga mencatat sedikitnya 366 kepala keluarga atau sekitar 1.141 anggota keluarga dan 866 unit usaha terkena penggusuran di 79 titik tersebut. Sekitar 64,81 persen dilakukan secara sepihak atau tanpa musyawarah dengan warga.

LBH Jakarta juga menyebutkan penggusuran pun melibatkan aparat kepolisian dan TNI. Dengan kata lain, tidak hanya anggota Satuan Polisi Pamong Praja yang melakukan penggusuran. Pelibatan TNI dan Polri yang dulu sangat ditentang Anies dan buzzer-buzzer bayarannya (Sumber: LBH Jakarta Sebut Ada Penggusuran di 91 Titik di Era Anies )

Baca juga tulisan saya: Kado 1 Tahun Anies Berkuasa: 91 Penggusuran dan 1141 Orang Jadi Korban

Kesimpulannya kalau kita melihat kebijakan Anies Baswedan terhadap PKL dan Tukang Becak yang tidak memberikan akses modal, alat usaha dan tempat usaha yang layak dan terlindungi serta kasus-kasus pengguran Anies Baswedan tidak peduli pada rakyat kecil. Sebaliknya dengan licik Anies hanya memanfaatkan rakyat kecil sebagai tameng bagi kebijakan politiknya yang blunder dan amburadul.

Mohamad Guntur Romli