Agama sebagai Kebenaran dan Pembenaran
Agama sebagai Kebenaran dan Pembenaran
Ada perbedaan agama sebagai Kebenaran dan Pembenaran. Agama adalah Kebenaran artinya, agama adalah Sumber Kebenaran. Agama adalah Mata Air Kebenaran. Sebagai sumber, artinya agama sesuatu yang “hidup”. Sumber bisa disebut “hidup” karena mengeluarkan dan mengalirkan air. Sementara umat agama ibarat penerima berkah kehidupan dari sumber mata air itu.
Sedangkan agama sebagai pembenaran menganggap agama sebagai alat yang mati, alat yang fungsional yang bisa digunakan sesesuai kehendak pemiliknya. Sebagai alat, agama bisa diibaratkan pisau yang fungsinya semaunya pemiliknya, mau mengiris bawang atau buat menikam orang.
Agama yang dijadikan sebagai alat, berbalikan dengan memahami agama sebagai sumber yang hidup. Alat itu mati, ia baru bisa dikatakan “hidup” kalau ada gerak pemilik dan penggunanya. Alat bergerak sesuai gerak dan tujuan penggunanya. Berbedar dari agama sebagai sumber mata air yang terus mengalir dan “hidup” tanpa ada campur tangan penerima berkahnya alias penggunanya.
Secara umum saat ini agama hanyalah dipakai sebagai alat pembenaran saja. Kalau pemakainya baik, maka agama menjadi alat kemanusiaan, kesejahteraan dan kepedulian. Tapi kalau penggunanya jahat maka agama dijadikan alat pembenaran untuk mencaci, memfitnah, menikam, membunuh hingga tindakan terorisme.
Karena agama dijadikan alat, maka muncullah politisasi agama. Agama yang diperalat demi kepentingan politik kemenangan dan kekuasaan kelompoknya saja. Ayat-ayat Al-Quran dikutip untuk menyerang lawan politik, hadits-hadits Nabi dipetik buat menghajar musuh politik, masjid yang dipakai untuk intimidasi dan menyiksa yang berbeda haluan politik. Semua ini berasal dari keyakinan yang menjadikan agama sebagai alat pembenaran bukan sumber kebenaran.
Padahal agama adalah Sumber Kebenaran bukan alat pembenaran. Tidak ada yang busuk, buruk dan jahat yang keluar dari agama. Seperti halnya sumber mata air yang selalu menyemburkan dan mengalirkan air yang jernih. Kalau pun ada polusi dan kotoran pastilah itu bersumber dari joroknya pengguna yang membuang kotoran dan polusi di aliran air itu.
Radikalisme–istilah yang sering muncul akhir-akhir ini–merupakan gerakan yang mengubah agama secara radikal, dari akarnya, yakni: menjadikan agama sebagai alat pembenaran saja bukan sebagai Sumber Kebenaran. Karena mereka tidak pernah membela agama secara sesungguhnya tapi yang mereka bela ada kepentingan kelompoknya dengan menggunakan agama sebagai alat pembenaran.
Mohamad Guntur Romli
Tags In
Terkini
- Tiga Langkah Jenius Megawati Saat Pencapresan Ganjar Pranowo
- Memilih Ganjar Pranowo, Meneruskan Jokowi Membangun Indonesia
- Ayat Al-Quran yang Sering Dipakai oleh Teroris
- Mengapa Koalisi Anies Gagal Deklarasi Pencapresan?
- Halloween: Saudi Kebarat-baratan, Indonesia Kearab-araban
- Tahun 2024, Mereka Ingin Khilafah Berdiri di Indonesia
Categories
- Berita (110)
- Santuy (5)
- Siaran Pers (31)
- Tulisan (181)
- Video Cokro TV (15)


