Anies Baswedan dan Buzzer-buzzernya
Anies dan Buzzer-buzzernya
Buzzer-buzzer Anies terus menjilati Anies dengan menjatuhkan Jokowi. Sampai-sampai ada buzzer Anies yang menulis, Jokowi kalah oleh Anies.
Buzzer-buzzer Anies memang memaksa membandingkan Anies dgn Jokowi. Perbandingan yg salah! Kalau mau, bandingkan lah Anies dgn gubernur-gubernur yg lain.
Cek tiap provinsi, berapa data pasien positif, sembuh dan meninggal akibat Covid-19. Bandingkan juga kerja penanganannya.
Zaman sekarang sangat mudah membandingkan antara kepala-kepala daerah karena hampir semua kepala daerah khususnya Gubernur punya akun di media sosial. Lihat, mana yg bekerja, mana yg cuma cari panggung (dgn bantuan vebrator menggetarkan suara🙄).
Selain media sosial, bisa ditambah dengan liputan media-media yang bertanggung jawab.
Contoh saja, Gubernur Jabar Ridwan Kamil sudah pamer tes massal dengan drive thru. Saat bersamaan Anies pamer di medsosnya telekonferensi dgn pemimpin-pemimpin kota-kota besar di dunia.
Jabar juga telah mengembangkan drone raksasa penyemprot disinfektan. Sekali terbang drone itu mampu membawa 15 liter cairan dan mampu menjangkau area seluas 5 hektare. Drone ini akan dibagikan ke 27 Kab/Kota di Jabar.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo siapkan dana Rp 1,4 Triliun untuk penanganan perang melawan Covid-19, sementara Anies baru nyiapin Rp 130 Miliar. Bandingkan Anies yg anggarkan untuk balapan Formula E Rp 1,8 Triliun, dan sudah bayar commitmen fee Rp 396 Miliar!
Artinya, Anies kalah jauh soal kerja nyata dalam penanganan bencana Covid-19 bila dibandingkan dgn gubernur-gubernur yang lain, tapi kalau soal drama dan konferensi pers, tampaknya Anies masih unggul. Dengan posisi strategis di ibu kota, dan kantor-kantor media baik tv, online, cetak (dan juga buzzer-buzzernya) Anies lebih mudah dijangkau.
Sisi lain, Anies lebih diuntungkan dgn geografis dan sistem politik di DKI yg berbeda dari provinsi lain. Anies punya komando atas wali kota hingga ke lurah (inilah kekhususan Daerah Khusus Ibukota). Provinsi lain, belum tentu bupati dan wali kota mau nurut pada gubernurnya, apalagai kalau sudah beda partai. Di Jakarta, Anies bisa intervensi sampai ke wali kota dan lurah.
Geografi Jakarta tidak seluas Jabar, Jateng atau Jatim. Tapi tampaknya Anies tdk menggunakan posisi strategis dan kekhususannya untuk lebih serius, fokus dan bekerja keras menangani Covid-19.
Jadi, Buzzer-buzzer Anies tidak perlu memaksakan membanding-bandingkan Anies dgn Jokowi, lagi pula tahun 2024, Jokowi tidak bisa maju lagi. Kecuali tujuan kalian ingin menjatuhkan Jokowi di tengah jalan sebelum 2024. Ini lain persoalan.
Saya sendiri, sebagai warga Jakarta akan terus kritis pada Anies Baswedan. Saya selalu gregetan lihat Anies yg lebih banyak ngomongnya daripada kerjanya. Bagaimana mungkin Anies hanya pamer di medsosnya bantuan APD dari mana-mana sementara dia punya APBD yang tertinggi di Indonesia.
Kalau soal balapan Formula E, yg hanya bisa dinikmati orang kaya dan pengusaha-pengusaha yg terlibat di event ini, anggaran langsung Rp 1,8 Triliun, bahkan sudah bayar commitmen fee 396M.
Tapi soal perang melawan Covid-19 yg kepentingannya untuk semua warga DKI (bukan seperti balapan Formula E), Anies masih tampak ogah-ogahan keluarin dana.
Harusnya Anies bekerja keras untuk kepentingan warganya, bukan demi kepentingan buzzer-buzzernya.
Mohamad Guntur Romli
gunromli.com



Terkini
- Memilih Ganjar Pranowo, Meneruskan Jokowi Membangun Indonesia
- Ayat Al-Quran yang Sering Dipakai oleh Teroris
- Mengapa Koalisi Anies Gagal Deklarasi Pencapresan?
- Halloween: Saudi Kebarat-baratan, Indonesia Kearab-araban
- Tahun 2024, Mereka Ingin Khilafah Berdiri di Indonesia
- Hidupkan Soekarno, Keberanian Politik Perdamaian Jokowi untuk Rusia-Ukraina
Categories
- Berita (110)
- Santuy (5)
- Siaran Pers (31)
- Tulisan (180)
- Video Cokro TV (15)