Saya Bersyukur Pak Jokowi Tak Lakukan Lockdown Sejak Awal
Saya bersyukur Pak Jokowi tidak memilih lockdown sejak awal. Karena, seperti halnya India bisa jadi kacau. Pengumuman lockdown mendadak, tanpa persiapan. Masyarakat panik. Mereka bergerak seketika, menghindari lockdown, ternyata terjebak. Kacau. Chaos. Belum lagi kerumunan yang kacau itu menjadi potensi besar penyebaran virus corona.
Yang sejak awal menuntut lockdown selalu mencontohkan China, atau Vietnam, tanpa melihat perbedaan besar sistem politik dan sosial di Indonesia dengan China dan Vietnam. Ada komando politik yang kuat dan tunggal di China dan Vietnam dengan sistem satu partai: Partai Komunis dan otoritarianisme negara. Medsos dibatasi, sumber informasi disensor, yang berbeda dari Pemerintah dibungkam. Tak ada kritisisme dari masyarakat, alih-alih mau menolak, akan dihajar sampai berlutut.
Sistem politik otoriter seperti China dan Vietnam memang efektif di saat darurat, semuanya sudah ‘terbiasa’ karena lama dipaksa untuk tunduk pada satu komando.
Indonesia berbeda dari China dan Vietnam. Indonesia lebih dekat dengan India dari sisi politik, sosial dan budayanya. Ada multipartai, multiagama, gerakan sipil yang kuat, serta oposisi yang terus mengintip di tikungan dengan mimpi menjatuhkan–atau paling tidak–menjelek-jelekkan pemerintahan.
Andai Pak Jokowi memilih opsi lockdown sejak awal dan chaos, masyarakat panik, semunya morat-marit, pastilah mereka akan langsung menyerang Jokowi: kebijakannya amburadul, bikin rusuh.
Tapi, baru satu jam lalu mereka masih teriak-teriak tuntutan lockdown, setelah terdengar akan ada #karantinawilayah, teriakan mereka sudah berubah, kata mereka ‘sudah terlambat’. Hanya sejam mereka sudah berubah.
Aha! Memang mereka tidak sedang peduli pada bencana corona, mereka hanya ingin menjelek-jelekkan, menyerang dan mendiskreditkan Pak Jokowi!
Kebijakan Pak Jokowi selama ini dituding lambat, karena memang banyak yang harus dipikirkan, dan disiapkan, kalau cuma mengumumkan lockdown sejak awal merupakan perkara mudah. Bahkan terlalu mudah. Karena terlalu mudah ini, saya kira Pak Jokowi tidak memilihnya.
Dampak lockdown yang terlalu dini berbahaya. Bisa kacau. ‘efek kejut’ yang bisa membahayakan. Ibarat anda membuat efek kejut pada orang yang tertidur untuk membangunkannya, tapi karena orang itu punya penyakit jantung, efek kejut itu malah bisa bikin dia jantungan dan mati.
“Tapi masyarakat bingung” Pasti bingung. Tapi ada beda bingung dengan panik. Bingung itu masih bisa berpikir, terus bertanya dan mencari jawaban serta waspada. Dunia saat ini kebingungan dengan virus corona. Bingung karena pengetahuan soal virus corona belum sempurna. Makanya sampai saat ini masih belum ada vaksinnya. Dengan bingung masyarakat waspada, dituntut kedisiplinan mereka kalau tidak mau tertular virus corona. Di di rumah saja, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, menjaga kebersihan, kesehatan dan imunitas.
Beda dari panik, yang tidak lagi bisa berpikir. Panik bisa bikin gelap mata. Panik karena sudah tidak ada lagi harapan.
Tampaknya #KarantinaWilayah akan segera diterapkan khususnya daerah zona merah Covid-19 seperti di Jakarta ini atau mungkin akan diperluas Jabodetabek. Akses keluar-masuk wilayah itu akan ditutup, harapannya pergerakan penyebaran virus corona melalui pergerakan manusia bisa diatasi.
Tempo 2 minggu lebih sudah waktunya meningkatkan disiplin. Namun dengan catatan tes massal hingga tes lab harus terus diperbanyak di kawasan yang dikarantina itu, juga perlengkapan tenaga medis dengan alat-alat APD dan lainnnya serta perawatan di rumah sakitnya.
Mari kita siapkan diri untuk meningkatkan perjuangan melawan virus corona. Insya Allah kita akan menang.
Mohamad Guntur Romli
Tags In
Terkini
- Tiga Langkah Jenius Megawati Saat Pencapresan Ganjar Pranowo
- Memilih Ganjar Pranowo, Meneruskan Jokowi Membangun Indonesia
- Ayat Al-Quran yang Sering Dipakai oleh Teroris
- Mengapa Koalisi Anies Gagal Deklarasi Pencapresan?
- Halloween: Saudi Kebarat-baratan, Indonesia Kearab-araban
- Tahun 2024, Mereka Ingin Khilafah Berdiri di Indonesia
Categories
- Berita (110)
- Santuy (5)
- Siaran Pers (31)
- Tulisan (181)
- Video Cokro TV (15)


