Orba Cap Kadal Gurun
Orba Cap Kadal Gurun
Ujug-ujug isu kebangkitan PKI naik lagi. Padahal PKI sudah puluhan tahun dihabisi di negeri ini. Keramaian isu PKI ada di dunia media sosial dan di kalangan kelompok-kelompok yang katanya anti PKI. Ini menarik, kalau dicermati.
Mengapa di media sosial dan di kalangan yang anti PKI? Saya melihat ada fenomena “hantuisasi” PKI. Hantu itu bernama PKI. Atau PKI yang dinarasikan seperti hantu.
Hantu adalah makluk ghaib. Tak kasat mata. Tak terlihat. Tapi dibayangkan ada. Sosok hantu berasal dari narasi si pencerita. Apakah si pencerita benar-benar melihat sosok hantu itu? Tidak juga. Kebanyakan dia juga mendengar dari pencerita lainnya.
Pentingnya hantu bukan pada aspek faktual tapi pada aspek fungsional. Seperti halnya cerita hantu untuk menakut-nakuti anak kecil yang rewel, atau bandel, atau susah tidur. “Kalau kamu tidak cepat tidur, akan diculik hantu, yang matanya sebesar tutup panci, dan mulutnya selebar daun pintu” Adakah yang melihat hantu seperti itu? Si pencerita juga tidak melihatnya. Karena hantu tidak penting ada dan tidaknya secara faktual, yang penting dia berfungsi untuk menakut-nakuti.
Kini, melempar narasi tanpa melihat aspek faktual paling efektif di media sosial. Cukup bikin akun-akun anonim tentang kebangkitan PKI, melalui status-status di medsos dan editan foto. Maka, isu PKI akan langsung menyebar, tak peduli apakah itu benar nyata atau tidak.
Kebangkitan PKI juga dinarasikan oleh kelompok-kelompok yang mengaku paling anti PKI. Apakah mereka benar-benar bertemu dengan orang-orang PKI, menemukan kantornya, atau membuat rekaman pertemuan dan sebagainya? Ternyata mereka tak lebih seperti pencerita hantu yang tidak pernah melihat hantu blau itu.
Oleh karena itu, hantu kebangkitan PKI itu bersumber dari kelompok-kelompok yang katanya paling anti PKI. Hal ini bisa dilacak melalui akun-akun anonim yang tiba-tiba muncul, atau bendera PKI yang ada di demo-demo anti PKI yang kemudian dibakar. Kalau bendera PKI itu bukan mereka sendiri yang nyablon atau ngecat, darimana mereka memperolehnya?
Saya harap polisi mengejar yang membawa bendera PKI itu–meski dia membakarnya–kemudian diburu: dia memperoleh darimana.
Saya cermati, ada order untuk isu kebangkitan PKI. Baik yang ramai di media sosial dan yang bergerak demo-demo. Semuanya ada keterkaitan dan rekayasa.
Ada yang menyebut order kebangkitan PKI dari kelompok Orde Baru. Baik jaringan kroni hingga keturunan penguasa Orde Baru. Ada yang menyebut order Kebangkitan PKI dari kalangan Neo Orba.
Tapi kalau kita baca sejarah, Orde Baru tak hanya memerangi PKI, juga DI/TII. Waktu itu dikenal ada ‘musuh negara’ dari ekstrim kiri (PKI) dan ekstrim kanan (DI/TII).
Tapi, keturunan Orba sekarang hanya ribut soal PKI namun bersimpati pada HTI, FPI dan ISIS.
Ini yang disebut Orba Cap Kadal Gurun. Keturunan Orba yang hanya menolak Komunisme tapi menerima bahkan berkoalisi dengan Radikalisme dan Terorisme.
Karena NKRI sejati menolak Komunisme, Radikalisme dan Terorisme.
Jadi kalau ada yang hanya teriak-teriak anti PKI tapi pro FPI, HTI dan ISIS, tak perlu syak wasangka lagi, itu Orba Cap Kadal Gurun.
Mohamad Guntur Romli



Terkini
- Tiga Langkah Jenius Megawati Saat Pencapresan Ganjar Pranowo
- Memilih Ganjar Pranowo, Meneruskan Jokowi Membangun Indonesia
- Ayat Al-Quran yang Sering Dipakai oleh Teroris
- Mengapa Koalisi Anies Gagal Deklarasi Pencapresan?
- Halloween: Saudi Kebarat-baratan, Indonesia Kearab-araban
- Tahun 2024, Mereka Ingin Khilafah Berdiri di Indonesia
Categories
- Berita (110)
- Santuy (5)
- Siaran Pers (31)
- Tulisan (181)
- Video Cokro TV (15)