Gus Yaqut dan Percakapan Agama Sebagai Inspirasi Bukan Aspirasi, Apa Bedanya?
Menteri Agama yang baru dilantik Gus Yaqut melontarkan pernyataan untuk menjadikan agama sebagai inspirasi bukan aspirasi. Pernyataan putra KH Cholil Bisri itu pun menjadi diskursus publik.
Lantas apa beda agama sebagai inspirasi dengan agama sebagai aspirasi?
Pernyataan Gus Yaqut adalah jalan tengah di antara dua bentuk negara yang menjadi perdebatan di zaman modern: negara sekuler dan negara agama yang keduanya sama-sama lahir dari rahim modernitas. Perdebatan terkait dua bentuk negara itu terletak pada peran dan fungsi agama. Kalau negara sekuler tidak mementingkan peran agama, sedangkan negara agama sebaliknya, ingin mengembalikan peran agama dengan alasan kegagalan negara sekuler.
Pada awal terbentuknya negara modern, peran-peran agama disingkirkan bahkan dimusuhi, kalau kita membaca sejarah berdirinya Republik Prancis misalnya, yang merupakan perlawanan keras terhadap kekuasaan politik Gereja Katolik saat itu. Agama pun dipandang sebagai ajaran yang terbelakang yang dianggap bertentangan dengan nilai-nilai modern seperti kebebasan, kesetaraan, kemajuan, apalagi terkait dengan peran ilmu dan teknologi.
Namun pada perkembangan selanjutnya agama melakukan serangan balik dengan terjadinya krisis pada negara modern karena munculnya peperangan, kesenjangan dan eksploitasi, agama pun menawarkan solusi atas krisis itu. Di sisi lain sistem negara modern juga tetap membuka celah bagi peran agama untuk terus menyusup melalui prosedur kebebasan berbicara, kebebasan berserikat, proses demokratisasi melalui pemungutan suara, hingga proses legislasi yang sangat ditentukan oleh kemenangan aspirasi mayoritas. Dalam konteks ini, kelompok agama yang bisa memenangkan kontestasi pemilu bisa mengubah bentuk dan sistem sebuah negara. Yang sebelumnya negara sekuler bisa menjadi negara agama.
Dua kubu ini akan terus berdebat dan berdebat tanpa akhir. Seperti pertarungan antara yang baik dan jahat dengan klaim masing-masing kelompoknya yang baik, lawannya yang jahat. Perdebatan ini sebenarnya hanya terjadi dan menjadi kepentingan kaum elit dan struktural saja, sementara warga kalau pun terlibat hanyalah menjadi obyek penderita saja. Perdebatan yang jauh dari kemaslahatan nyata yang bisa dirasakan oleh rakyat. Karena kepentingan rakyat lebih terkait dengan kebutuhan yang ril, sandang, pangan, papan, kesejahteraan ekonomi, pendidikan yang baik, pelayanan kesehatan yang layak, terbukanya lapangan pekerjaan, layanan publik yang mudah, cepat dan bisa diakses siapapun dan lain-lainnya.
Baik bagi kubu negara sekuler dan negara agama, posisi agama hanya sebagai beban saja, dan bagian dari masalah. Karena sikap terhadap agama, antara menolak dan menarik agama. Sementara nasib manusianya hanya sebagai obyek penderita. Kubu pertama menyatakan sikap pada agama dengan antipati. Sedangkan kubu kedua menjadikan agama sebagai aspirasi. Negara Agama adalah tujuan dari kubu kedua ini.
Pernyataan Menteri Agama Gus Yaqut mengajak kita keluar dari dualisme di atas. Pernyataan keponakan KH Mustofa Bisri (Gus Mus) itu ingin menegaskan cita-cita yang dimulai dari pendahulunya baik dari KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan KH Said Aqil Sirodj yang pernah menyatakan agama sebagai inspirasi bukan aspirasi. Pun KH Hasyim Muzadi pernah mengatakan Islam sebagai kekuatan ajaran bukan sebagai kekuatan gerakan.
“Agama sebagai Inspirasi” percaya pada peran agama dengan menjadikannya sebagai sumber ajaran kebaikan, kemuliaan, dan nilai-nilai luhur lainnya. Sikap ini membedakan dengan kubu negara sekuler yang tak percaya dengan nilai-nilai luhur dari agama. Tapi sikap ‘Agama sebagai Inspirasi’ juga berbeda dengan kubu ‘Agama sebagai Aspirasi’ yang menjadikan Negara Agama sebagai cita-cita dan tujuan.
Tujuan ‘Agama sebagai Inspirasi’ adalah tegaknya Negara Pancasila yang percaya dan mengakui peran dan nilai-nilai luhur agama dengan tetap melakukan pembelaan diri dari rongrongan yang menjadikan agama sebagai aspirasi (politik) yang menginginkan berdirinya negara agama.
MOHAMAD GUNTUR ROMLI
Tags In
Terkini
- Tiga Langkah Jenius Megawati Saat Pencapresan Ganjar Pranowo
- Memilih Ganjar Pranowo, Meneruskan Jokowi Membangun Indonesia
- Ayat Al-Quran yang Sering Dipakai oleh Teroris
- Mengapa Koalisi Anies Gagal Deklarasi Pencapresan?
- Halloween: Saudi Kebarat-baratan, Indonesia Kearab-araban
- Tahun 2024, Mereka Ingin Khilafah Berdiri di Indonesia
Categories
- Berita (110)
- Santuy (5)
- Siaran Pers (31)
- Tulisan (181)
- Video Cokro TV (15)


