Saat Zionis dan Islamis Bersatu Demi Warga Israel

Tak ada foto yang menyita publik warga Israel dan Arab pada pekan ini kecuali foto Mansur Abbas Ketua Raam Partai Arab Israel yang berhaluan Islamis, yang tampak tersenyum lebar berdampingan dengan Naftali Bennett Ketua Yamina, parpol Israel yang berhaluan Zionis Kanan, dan Yair Lapid Ketua Yesh Atid, parpol Israel berhaluan tengah yang sama-sama tersenyum lebar setelah penandatanganan membentuk pemerintahan pasca-Netanyahu 2 Juni 2021. (foto: Lapid, Bennett, Abbas)

Inilah drama politik Israel yang dianggap lebih mengejutkan dibanding ambang kekalahan Netanyahu setelah berkuasa 12 tahun. Banyak yang menyebut kejadian ini sebagai “peristiwa yang bersejarah”. Abbas yang Islamis setuju bergabung pemerintahan Bennett yang Zionis yang akan menjadi Perdana Menteri Israel pada periode pertama sebelum nantinya diganti oleh Yair Lapid.

Banyak yang bertanya (bahkan mengecam) kenapa Abbas yang anti Zionis dan Islamis mau bergabung dengan pemerintahan Bennett yang pro Zionis dan ekstrim Kanan?

Kecaman terhadap Abbas datang dari politisi-politisi Arab Israel, misalnya Sami Abu Syihadah dari Parpol Balad yang menyebut tindakan Abbas sebagai “kejahatan luar biasa” karena bergabung dengan Bennett yang mendukung pendudukan militer di Tepi Barat dan blokade Jalur Gaza Palestina.

Partai-partai Arab Israel selain Raam memang ingin menjatuhkan Netanyahu tapi mereka tidak mau bergabung dengan pemerintahan yang diketuai oleh Kelompok Zionis Kanan seperti Bennett.

Abbas punya alasan sendiri. Menurutnya demi kepentingan warga Arab Israel yang mengalami perlakuan buruk selama pemerintahan Netanyahu, misalnya rencana pembongkaran beberapa pemukiman Arab Bedouin di Gurun Nagev dan tindakan kekerasan serta diskriminasi lainnya terhadap warga Arab Israel yang kini berjumlah 21% dari total populasi warga Israel.

Bennett bagi Abbas dipandang tajam dan keras pada rakyat Palestina (pro Zionis dan pendudukan militer), tapi menurut Abbas, Bennett sudah ‘diikat’ dengan perjanjian tidak boleh keras pada warga Arab Israel.

Selain itu Abbas juga memperjuangkan anggaran untuk kelompok warga Arab Israel melalui Parlemen dengan budget 53 Miliar Shekel (sekitar Rp 22T) yang akan dipergunakan untuk pembangunan infrastruktur dan fasilitas-fasilitas lainnya di wilayah-wilayah komunitas Arab Israel.

Naftali Bennett pun memuji Mansur Abbas sebagai “pemimpin yang berani” karena keputusannya bergabung dengan pemerintahannya dengan melihat kepentingan nasib warga Israel.

Dalam konteks ini, Abbas memang bisa dipandang lebih memprioritaskan nasib warga Arab Israel daripada nasib kemerdekaan warga Palestina, karena Raam adalah Parpol Arab berhaluan Islamis di Israel.

Mohamad Guntur Romli